Marcus Aurelius: Bahagia dan Bijaksana

 

Sudah banyak istilah untuk filsafat ke-ilmuan berkembang diseluruh dunia, tentunya ini harus dipelajari karena merupakan sebuah hal yang penting dalam menjalani realitas kehidupan manusia dimuka bumi.

Melalui buku buku yang telah ditulis dalam sejarah oleh para tokoh-tokoh filsafat. Catatan-catatan ini bukan saja mengulas kehidupan manusia dengan alam, namun juga manusia dengan kehidupan sosial nya, manusia dengan hakikat hidupnya sendiri, dan bahasan lainnya secara menyeluruh.

Jika bicara tentang hakikat hidup manusia, apakah tugas manusia hidup dimuka bumi? Tentunya ini tidak akan terjawab jika manusia masih terganggu dan bergantung pada apa yang melekat dalam diri orang lain.

Dan jika seseorang lemah, murung, dan pasrah dari apa yang dilayangkan kepada nya, itu akan membuat seseorang menjadi putus asa untuk menjalani hidup. Stoikisme adalah salah satu disiplin ilmu dalam filsafat yang mempelajari kehidupan manusia yang dapat mengontrol, mengevaluasi, dan menelaah.

Marcus Aurelius; ketika seseorang memiliki dasar yang benar dalam kehidupan, mereka seharusnya tidak harus melihat ke luar diri mereka sendiri untuk mendapatkan persetujuan.

Apa itu Stoikisme? stoikisme atau stoa adalah sebuah aliran atau mazhab filsafat Yunani kuno yang didirikan di kota AthenaYunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. dan banyak tokoh tokoh aliran stoikisme yang juga memberi pengaruh terhadap kehidupan dimasa-masa tersebut selama berabad-abad. Stoikisme secara singkat mengajarkan kapribadian untuk tidak terluka oleh apapun, lebih dalam lagi menjadikan hidup bahagia dan bijaksana dengan cara-cara yang penuh perenungan

Mengulas ulang ajaran stoikisme melalui catatan marcus aurelius 

Marcus Aurelius belajar pada apa yang beliau lihat, dengar, rasakan, dan pada apa yang beliau lakukan. Guru gurunya merupakan kakeknya, bapaknya, ibunya, dan temannya. serta terus bersyukur kepada Tuhan sebagai pemberi akal dan panca indera yang membawanya memahami kehidupan.

Tentunya setiap manusia telah mempunyai pengalaman disetiap bangun pagi, entah itu pengalaman yang menyenangkan seperti bangun dengan sarapan yang sudah tersedia, cuaca yang cerah, atau kamar mandi yang tidak rusak ketika sedang dipakai. dan pengalaman buruk bertemu manusia yang egois, arogan, sombong, atau sifat dan sikap lainnya.

Jika kamu hanya menerima pengalaman yang baik, lalu bagaimana kamu menerima pengalaman yang buruk disetiap bangun pagi? Untuk menjadi bijaksana Marcus Aurelius mengatakan "Awali pagi dengan mengatakan kepada dirimu sendiri: hari ini aku akan bertemu seseorang yang suka ikut campur, tidak tahu terima kasih, arogan, penuh tipu daya, iri dengki, maupun orang orang yang tidak peduli dengan sekeliling mereka. akan tetapi, aku telah menyaksikan bahwa kebaikan itu indah, dan kejahatan itu buruk" (Meditation :37)

Pengalaman terburuk yang dilakukan oleh orang lain, memang lah terjadi dari pola pikir yang belum terbentuk. maka ketika dirimu tahu tentang itu, kamu telah melampaui apa yang orang lain lakukan. pada hakikatnya kita berasal dari sumber keagungan yang sama, lantas untuk apa membalasnya dengan ego? dan kamu telah mengerti bukan? dan itu akan membawamu ketingkat kebijaksanaan.

Dan untuk kebahagiaan katakan lah "Semua yang ada di luar pikiranku tidak berarti apa apa" Yakinlah akan hal ini, dan kau akan berdiri tegak. kau memiliki kemampuan untuk memulihkan hidup. (Meditation :167)

Apa yang dimaksud Marcus Aurelius ialah untuk apa terluka dengan apa yang dibicarakan, yang dikatakan, yang dilakukakan oleh orang lain. pada kenyataan nya ini adalah hidupmu dan engkau yang berhak membawanya, dan apa yang ada diluar pikiran tidak bisa melukaimu. bangkitlah lebih kuat, kebahagian ada didalam dirimu sendiri. katakan lah, semua itu tidak membuatmu tak berdaya, dan katakanlah pada dirimu sendiri bahwa kamu tidak bisa dijatuhkan.

Senada dengan Nietzsche melalui diagiumnya "Fatum brutum amorfati" Cintai lah takdirmu seburuk apapun. Nietzsche menyuruh untuk menerima kenyataan pahit yang dialami. lalu dengan itu jadikanlah dirimu bahagia dan bijaksana.

Referensi:

Marcus Aurelius-Meditation

 

 AUTHOR

 Dicky Apriyanto Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka

Komentar